TUGAS BAHASA INDONESIA 2 #
BAB
I
PENDAHULUAN
Penalaran
yaitu proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang
menghasilkan jumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis
juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis,
berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap yang benar, orang
menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses
inilah yang disebut menalar.
Dalam
penalaran, proposisi dijadikan sebagai dasar penyimpulan yang disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut konklusi (consequence). Hubungan antara
premis dan konklusi disebut konsekuensi.
Dalam
pertemuan sebelumnya kita telah membahas dan mendiskusikan tentang dasar dalam
proses penalaran sebagai landasan berargumentasi yang meliputi inferensi,
implikasi, evidensi serta cara untuk menilai fakta dan evidensi dalam
berargumentasi. Maka kini akan dibahas mengenai proposisi yang lebih terperinci
sebagai sebuah landasan dalam menyusun kesimpulan yang dapat diterima oleh akal
sehat. Dalam makalah ini juga akan dijelaskan mengenai beberapa macam corak
penalaran yang dipakai sebagai alat argumentasi. Secara garis besar makalah ini
membahas tentang berpikir induktif dan deduktif.
Wujud
Evidensi
merupakan semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau
autoritas yang dihubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam
kedudukan sebagai evidensi tidak boleh digabung dengan apa yang dikenal sebagai
pernyataan atau penegasan. Dalam wujud yang paling rendah evidensi itu
berbentuk data atau informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah
bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu.
Inferensi
merupakan suatu proses untuk menghasilkan informasi dari
fakta yang diketahui. Inferensi adalah
konklusi logis atau implikasi berdasarkan informasi yang
tersedia. Dalam sistem pakar, proses inferensi dialakukan dalam suatu
modul yang disebut inference engine. Ketika representasi pengetahaun pada
bagian knowledge base telah lengkap, atau paling tidak telah berada pada
level yang cukup akurat, maka representasi pengetahuan tersebut telah
siap digunakan.
Induksi
adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari satu arah atau sejumlah
fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan (inferensi). Proses
penalaran yang induktif dapat dibedakan atas bermacam-macam variasi yang akan
dijelaskan lebih lanjut yaitu berupa generalisasi, hipotesis dan teori, analogi
induktif, kausal, dan sebagainya.
Deduksi
merupakan suatu proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari suatu proposisi
yang telah ada menuju kepada proposisi baru yang akan membentuk kesimpulan.
Dalam induksi, untuk menarik kesimpulan, maka penulis harus mengumpulkan bahan
– bahan atau fakta – fakta terlebih dahulu. Sementara dalam penulisan deduktif
penulis tidak perlu mengumpulkan fakta – fakta itu, karena yang diperlukan
penulis hanyalah suatu proposisi umum dan proposisi yang bersifat
mengidentifikasi suatu peristiwa khusus yang berhubungan dengan proposisi umum
tadi. Bila identifikasi yang dilakukan benar dan proposisinya benar,maka dapat
diharapkan bahwa kesimpulannya pun akan benar.
BAB II
ISI
Penalaran-Evidensi-Inferensi (Data,
Fakta, Autoritas (Pendapat ahli))
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera
(observasi empiric) yang menghasilkan sejumlah konsep dan
pengertian.berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan berbentuk
proposisi-proposisi yang sejenis,berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui
atau dianggap benar,orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya
tidak diketahui.proses inilah yang disebut menalar. Ada dua metode dalam
penalaran,yaitu deduktif dan induktif. Penalaran Deduktif adalah metode
berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebihdahulu untuk seterusnya
dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Penalaran ini lebih banyak
berpijak pada observasi inderawi atau empiri. Dengan kata lain penalaran
induktif adalah proses penarikan kesimpulan dari kasus-kasus yang bersifat
individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum.(Suriasumantri,
1985:46).
Pada hakikatnya evidensi adalah semua yang ada semua kesaksian,semua informasi,atau autoritas yang dihubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran, fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh dicampur adukan dengan apa yang di kenal sebagai pernyataan atau penegasan. Dalam wujud yang paling rendah. Evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang di maksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang di peroleh dari suatu sumber tertentu.
Cara mrnguji data :
Data dan informasi yang di gunakan
dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian
melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap
di gunakan sebagai evidensi. Di bawah ini beberapa cara yang dapat di gunakan
untuk pengujian tersebut.
a.Observasi
b.Kesaksian
c.Autoritas
Cara menguji fakta
Untuk menetapkan apakah data atau
informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta,maka harus diadakan penilaian.
Penilaian tersebut baru merupakan penilitian tingkat pertama untuk mendapatkan
keyakinan bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu pengarang atau penulis
harus mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat
digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil.
a.Konsistensi
b.Koherensi
Inferensi merupakan sebuah pekerjaan bagai pendengar (pembaca) yang
selalu terlibat dalam tindak tutur selalu harus siap dilaksanakan ialah
inferensi. Inferensi dilakukan untuk sampai pada suatu penafsiran makna tentang
ungkapan-ungkapan yang diterima dan pembicara atau (penulis). Dalam keadaan
bagaimanapun seorang pendengar (pembaca) mengadakan inferensi. Pengertian
inferensi yang umum ialah proses yang harus dilakukan pembaca (pendengar) untuk
melalui makna harfiah tentang apa yang ditulis (diucapkan) samapai pada yang
diinginkan oleh saorang penulis (pembicara).
Inferensi atau kesimpulan sering
harus dibuat sendiri oleh pendengar atau pembicara karena dia tidak mengetahui
apa makna yang sebenarnya yang dimaksudkan oleh pembicara/penulis. Karena jalan
pikiran pembicara mungkin saja berbeda dengan jalan pikiran pendengar, mungkin
saja kesimpulan pendengar meleset atau bahkan salah sama sekali. Apabila ini
terjadi maka pendengar harus membuat inferensi lagi. Inferensi terjadi jika
proses yang harus dilakukan oleh pendengar atau pembaca untuk memahami makna
yang secara harfiah tidak terdapat pada tuturan yang diungkapkan oleh pembicara
atau penulis. Pendengar atau pembaca dituntut untuk mampu memahami informasi
(maksud) pembicara atau penulis.
Inferensi adalah membuat simpulan
berdasarkan ungkapan dan konteks penggunaannya. Dalam membuat inferensi perlu
dipertimbangkan implikatur. Implikatur adalah makna tidak langsung atau makna
tersirat yang ditimbulkan oleh apa yang terkatakan (eksplikatur).
a.Inferensi Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik
dari hanya satu premis (proposisi yang digunakan untuk penarikan kesimpulan).
Konklusi yang ditarik tidak boleh lebih luas dari premisnya.
Contoh:
Bu, besok temanku berulang tahun.
Saya diundang makan malam. Tapi saya tidak punya baju baru, kadonya lagi belum
ada”.
Maka inferensi dari ungkapan
tersebut: bahwa tidak bisa pergi ke ulang tahun temanya.
Contoh:
Pohon yang di tanam pak Budi setahun
lalu hidup.
Dari premis tersebut dapat kita
lansung menari kesimpulan (inferensi) bahwa: pohon yang ditanam pak budi
setahun yang lalu tidak mati.
b.Inferensi Tak Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik
dari dua / lebih premis. Proses akal budi membentuk sebuah proposisi baru atas
dasar penggabungan proposisi-preposisi lama.
Contoh:
A : Anak-anak begitu gembira ketika
ibu memberikan bekal makanan.
B : Sayang gudegnya agak sedikit
saya bawa.
Inferensi yang menjembatani kedua
ujaran tersebut misalnya (C) berikut ini.
C : Bekal yang dibawa ibu lauknya
gudek komplit.
Contoh yang lain;
A : Saya melihat ke dalam kamar itu.
B : Plafonnya sangat tinggi.
Sebagai missing link diberikan
inferensi, misalnya:
C: kamar itu memiliki plafon
BAB III
PENUTUP
Dalam
pembuatan proposisi argumentasi maka digunakan teknik – teknik penalaran dan
pengujian data yang ada. Dari dua system yang telah dipaparkan maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa bila kita membandingkan penalaran dalam induksi dan
penalaran dalam deduksi, maka kesimpulan dari induksi mempunyai kemungkinan
kebenaran, dan benar tidaknya proposisi itu tergantung pada kebenaran dari data
yang dipergunakan.
Dalam
penggunaan metode induksi, untuk membuat suatu kesimpulan penulis harus
mengumpulkan data dan fakta yang terkait terlebih dahulu. Semakin banyak dan
semakin baik kualitas datanya maka akan semakin mantap kesimpulan yang dihasilkan.
TUGAS BAHASA INDONESIA 2 # KE-2
Karangan (Ilmiah, Non Ilmiah, Ilmiah
Popular)
Karangan Ilmiah
“Karangan ilmiah merupakan suatu
karangan atau tulisan yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya dan
didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu,
disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun
bahasa dan isisnya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/
keilmiahannya.”—Eko Susilo, M. 1995:11
Tujuan dari pembuatan karangan
ilmiah, antara lain :
•Memberi penjelasan
•Memberi komentar atau penilaian
•Memberi saran
•Menyampaikan sanggahan
•Membuktikan hipotesa
Karya ilmiah adalah suatu karya
dalam bidang ilmu pengetahuan (science) dan teknologi yang berbentuk ilmiah.
Suatu karya dapat dikatakan ilmiah apabila proses perwujudannya lewat metode
ilmiah. Jonnes (1960) memberikan ketentuan ilmiah, antara lain dengan sifat
fakta yang disajikan dan metode penulisannya. Bila fakta yang disajikan berupa
fakta umum yang obyektif dan dapat dibuktikan benar tidaknya serta ditulis
secara ilmiah, yaitu menurut prosedur penulisan ilmiah, maka karya tulis
tersebut dapat dikategorikan karya ilmiah, sedangkan bilamana fakta yang
disajikan berupa dakta pribadi yang subyektif dan tidak dapat dibuktikan benar
tidaknya serta tidak ditulis secara ilmiah, karya tulis tersebut termasuk karya
tulis non ilmiah.
Bentuk Karya Ilmiah:
1. Karya Ilmiah Berbentuk Makalah
Makalah pada umumnya disusun untuk
penulisan didalam publikasi ilmiah, misalnya jurnal ilmu pengetahuan,
proceeding untuk seminar bulletin, atau majalah ilmu pengetahuan dan
sebagainya. Maka ciri pokok makalah adalah singkat, hanya pokok-pokok saja dan
tanpa daftar isi.
2. Karya Ilmiah Berbentuk Report/
Laporan Ilmiah Yang Dibukukan
Karya ilmiah jenis ini biasanya
ditulis untuk melaporkan hasil-hasil penelitian, observasi, atau survey yang
dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang. Laporan ilmiah yang menjadi
persyaratan akademis di perguruan tinggi biasanya disebut Skripsi, yang biasanya
dijadikan persyaratan untuk karya ilmiah jenjang S1, Tesis untuk jenjang S2,
dan Disertasi untuk jenjang S3.
3. Buku Ilmiah
Buku ilmiah adalah karya ilmiah yang
tersusun dan tercetak dalam bentuk buku oleh sebuah penerbit buku umum untuk
dijual secara komersial di pasaran. Buku ilmiah dapat berisi pelajaran khusus
sampai ilmu pengetahuan umum yang lain.
Ciri-Ciri Karya Ilmiah
1. Struktur Sajian
Struktur sajian karya ilmiah sangat
ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok
pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian
inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang
dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan
kesimpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut
gagasan tersebut.
2. Komponen dan Substansi
Komponen karya ilmiah bervariasi
sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian
inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal
mempersyaratkan adanya abstrak.
3. Sikap Penulis
Sikap penulis dalam karya ilmiah
adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal,
dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang
pertama atau kedua.
4. Penggunaan Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam karya
ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata / istilah, dan
kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.
Karangan Non Ilmiah
Pengertian karangan non ilmiah
merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang dalam dunia
tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga sebagian ahli
bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya
penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya
ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya
memiliki perbedaan yang signifikan.
Perbedaan-perbedaan yang dimaksud
dapat dicermati dari beberapa aspek. Pertama, karya ilmiah harus merupakan
pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah
adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus
dibuktikan dengan pengamatan atau observasi. Kedua, karya ilmiah bersifat
metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau
cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui
proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi. Ketiga, dalam
pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata
lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah.
Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam
melakukan pengklasifikasian.
Karangan nonilmiah yang telah
disebutkan di atas, terdapat juga karangan yang berbentuk semiilmiah/ilmiah
populer. Sebagian ahli bahasa membedakan dengan tegas antara karangan
semiilmiah ini dengan karangan ilmiah dan nonilmiah. Finoza (2005:193)
menyebutkan bahwa karakteristik yang membedakan antara karangan semiilmiah,
ilmiah, dan nonilmiah adalah pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi
karangan. Jika dalam karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus dalam di
bidang ilmu tertentu, dalam karangan semiilmiah bahasa yang terlalu teknis
tersebut sedapat mungkin dihindari. Dengan kata lain, karangan semiilmiah lebih
mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum daripada istilah-istilah khusus.
Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati
kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis,
sedangkan karangan semiilmiah agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari segi
bentuk, karangan ilmiah memiliki pendahuluan (preliminaris) yang tidak
selalu terdapat pada karangan semiilmiah.
Berdasarkan karakteristik karangan
ilmiah, semiilmiah, dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, yang tergolong
dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi; yang
tergolong karangan semiilmiah antara lain artikel, feature, kritik, esai,
resensi; yang tergolong karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat,
cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah drama.
Karya nonilmiah sangat bervariasi
topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum. Karangan
nonilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subyektif.
Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya nonformal dan populer,
walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis. Karya nonilmiah bersifat (1)
emotif: kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari
keuntungan dan sedikit informasi, (2) persuasif: penilaian fakta tanpa bukti.
Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan
cukup informative, (3) deskriptif: pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan
subjektif, dan (4) jika kritik adakalanya tanpa dukungan bukti.
Karangan Ilmiah Popular
Untuk memahami jenis tulisan ilmiah
populer secara lebih dekat, akan lebih baik bila dilakukan terlebih dahulu
pengkajian terhadap pengertian kata: tulisan, ilmiah, dan populer itu sendiri.
Dari sana semoga akan ditemukan makna yang utuh tentang jenis tulisan ini.
Berikut pemaparan ringkas dari ketiga elemen itu.
1. Tulisan
Tulisan, menurut Suseno (dalam
http://irsyad82.multiply.com), adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan
sebuah karya tulis yang disusun berdasarkan tulisan, karangan, dan pernyataan
gagasan orang lain. Orang yang menyusun kembali hal-hal yang sudah dikemukakan
orang lain itu disebut penulis. Ia bukan pengarang. Sebab ia memang hanya
mengkompilasikan (meringkas dan menggabungkan menjadi satu) pelbagai bahan
informasi sedemikian rupa sehingga tercipta sebuah cerita baru lagi yang lebih
utuh.
2. Ilmiah
Karya ilmiah adalah suatu karya yang
memuat dan mengkaji suatu masalah tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah
keilmuan. Artinya, karya ilmiah menggunakan metode ilmiah dalam membahas
permasalahan, menyajikan kajiannya dengan bahasa baku dan tata tulis ilmiah,
serta menggunakan prinsip-prinsip keilmuan yang lain seperti objektif, logis,
empiris (berdasarkan fakta), sistematis, lugas, jelas, dan konsisten. Pada
mulanya karya tulis ilmiah adalah tulisan yang didasarkan atas penelitian
ilmiah. Namun belakangan mulai berkembang suatu paradigma baru bahwa suatu
karya tulis ilmiah tidak harus didasarkan atas penelitaian ilmiah saja,
melaikan juga suatu kajian terhadap suatu masalah yang dianalisis oleh ahlinya
secara professional.
Contoh dari karya tulis ilmiah
seperti definisi di atas adalah makalah (paper), artikel ilmiah, Skripsi,
tesis, disertasi, dan lain-lain.
3. Populer
Dalam Kamus Bahasa Indonesia
disebutkan bahwa Populer berarti dikenal dan disukai orang banyak (umum). Bisa
juga berarti sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya, atau mudah
dipahami orang banyak. Istilah popular merujuk kepada penggunaan bahasa yang
popular lebih santai, padat, serta mudah dicerna oleh masyarakat pembacanya
yang begitu beragam.
Menurut Ajusniye (dalam
http://ajusniye.multiply.com) karya imiah popular adalah karangan ilmiah yang
berisi pembicaraan tentang ilmu pengetahuan dengan teknik penyajian yang
sederhana mengenai hal – hal kehidupan sehari – hari.
“Tulisan ilmiah: tulisan yang
didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu,
disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun
bahasa dan isinya dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya/ keilmiahannya”.
(Eko Susilo, M. 1995:11).
Sementara itu menurut KBBI (2002 :
370-371) disebutkan bahwa kata ilmiah diartikan sebagai bersifat ilmu atau
memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan, sedangakan ilmiah popular diartikan
sebagai mengunakan bahasa umum sehingga mudah dipahami oleh masyarakat awam.
Istilah ilmiah popular biasanya dikaitkan dengan artikel atau gaya penulisan
karya ilmiah.
Setelah pemaparan singkat ini,
kiranya dapat ditarik kesimpulan yang semoga komprehensif tentang apa yang
dimaksud dengan karya tulis ilmiah popular. Seperti yang dikatakan di atas,
bahwa secara otomatis popular proses reduksi makna ilmiah dari makna
aslinya ketika digandengkan dengan kata popular. Bila karya ilmiah di satu sisi
kita sebut adalah nash umum, maka kata-kata popular adalah takhsishnya. Maka
karya tulis ilmiah popular adalah karya tulis yang berpegang kepada standar
ilmiah, tetapi ditampilkan dengan bahasa umum sehingga mudah dipahami oleh
masyarakat awam.
Perbedaan Tulisan ilmiah popular
dengan tulisan ilmiah murni:
Perbedaan antara ilmiah populer
dengan ilmiah murni (skripsi, tesis, desertasi, dan lain-lain) terletak pada
bahasa penyampaian yang digunakan. Karya tulis ilmiah murni ditampilkan dalam
bahasa baku dan sangat terikat dengan kaidah bahasa Indonesia resmi. Sementara
ilmiah populer ditampilkan dengan bahasa yang lebih luwes, serta dapat dipahami
masyarakat umum.
Dari segi topik bahasan, tulisan
ilmiah populer cenderung membahas permasalahan yang berkaitan dengan masyarakat
di sekitarnya Berbeda dengan karya tulis ilmiah murni yang lebih sering
berkutat dalam bidang ilmiah yang jauh dari jangkauan masyarakat awam.
Secara ringkas, ciri-ciri karya
ilmiah dapat diuraikan sebagai berikut.
•Bahan : Menyajikan fakta yang benar
/ objektif, dapat dibuktikan
•Penyajian : Menggunakan bahasa yang
cermat (formal dan konkret), sistematis (sesuai dengan langkah kerja).
•Sikap Penulis : Jujur (tidak
berlebih-lebihan atau mengurangi ssuatu); objektif (tidak mengejar keuntungan
pribadi).
•Penyimpulan : berdasarkan fakta dan
tidak emotif.
Isi ( batang tubuh ) sebuah karya
ilmiah harus memenuhi syarat metode ilmiah. Seperti yang diungkapkan oleh John
Dewey ada 5 langkah pokok proses ilmiah.
1. Mengenali dan merumuskan masalah
2. Menyusun kerangka berpikir dalam
rangka penarikan hipotesis.
3. Merumuska hipotesis ( dugaan
hasil sementara )
4. Menguji hipotesis
5. Menarik kesimpulan
Secara terperinci, ciri – ciri karya
ilmiah populer diurutkan sebagai berikut.
•Bahan : Menyajikan fakta objektif
•Penyajian : Menggunakan bahasa yang
cermat,tidak terlalu formal tapi tetap taat asas, disusun secara sistematis;
tidak memuat hipotesis.
•Sikap Penulis : Tidak memancing
pertanyaan – pertanyaan yang meragukan, mengimbau perasaan pembaca agar seolah
– olah mereka menghindari sendiri.
•Penyimpulan : memberikan fakta
bebicara sendiri sekalipun didahului dengan membimbing dan mendorong pembacanya
untuk berpikir tentang aplikasi.
Langkah-langkah dalam menulis karya
ilmiah populer
Secara umum, sekurang-kurangnya ada
tiga proses menulis yang ditawarkan oleh Nunan yakni: (1) tahap pra-penulisan,
(2) tahap penulisan, dan (3) tahap perbaikan (editing). Dalam prakteknya proses
ini akan menjadi empat tahap, yaitu:
(1) tahap persiapan (pra-penulisan)
(2) tahap inkubasi
(3) tahap iluminasi
(4) tahap verifikasi/evaluasi
Hampir semua proses menulis (esai,
opini/artikel, karya ilmiah, artistic, dan lain-lain) melalui keempat tahap
ini. Berikut paparan keempat fase ini:
Pertama, tahap persiapan atau
prapenulisan adalah ketika penulis menyiapkan diri, mengumpulkan informasi,
merumuskan masalah, menentukan fokus, mengolah informasi, menarik tafsiran
terhadap realitas yang dihadapinya, berdiskusi, membaca, mengamati, dan
lain-lain yang memperkaya masukan kognitif yang akan diproses
selanjutnya.
Kedua, tahap inkubasi adalah ketika
pembelajar memproses informasi yang dimilikinya sedemikian rupa, sehingga
mengantarkannya pada ditemukannya pemecahan masalah atau jalan keluar yang
dicarinya. Proses inkubasi ini analog dengan ayam yang mengerami telurnya
sampai telur menetas menjadi anak ayam.
Ketiga, tahap iluminasi adalah
ketika datangnya inspirasi atau insight, yaitu gagasan datang seakan-akan
tiba-tiba dan berloncatan dari pikiran kita. Pada saat ini, apa yang telah lama
kita pikirkan menemukan pemecahan masalah atau jalan keluar. Jika hal-hal itu
terjadi, sebaiknya gagasan yang muncul dan amat dinantikan itu segera dicatat,
jangan dibiarkan hilang kembali sebab momentum itu biasanya tidak berlangsung
lama. Keempat, tahap terakhir yaitu verifikasi, apa yang dituliskan sebagai
hasil dari tahap iluminasi itu diperiksa kembali, diseleksi, dan disusun sesuai
dengan fokus tulisan. Mungkin ada bagian yang tidak perlu dituliskan, atau ada
hal-hal yang perlu ditambahkan, dan lain-lain.
Mungkin juga ada bagian yang
mengandung hal-hal yang peka, sehingga perlu dipilih kata-kata atau kalimat
yang lebih sesuai, tanpa menghilangkan esensinya.
Sejalan dengan pendapat diatas Dalman
(2009 : 79) menyebutkan bahwa bagian penulisan karya ilmiah dibatasi dengan
penguasaan jenis tulisan, penguasaan paragraf dan penguasaan komposisi atau
esai. Langkah-langkah tersebut yaitu:
1. Paragraf
Paragraf yang baik harus memenuhi
unsur: (1) kalimat topik dijelaskan secara tegas ide pembatasan, (2) memiliki
kalimat pengembang, (3) memiliki kalimat penyimpul, (4) memiliki koherensi, dan
(5) memiliki keutuhan.
2. Komposisi atau esai
Komposisi ialah tulisan yang terdiri
atas 3 sampai 5 paragraf karena sifatnya uraian bebas, komposisi biasa disebut
dengan esai. Dalam bentuk lain, komposisi ini berupa tulisan opini untuk surat
kabar, kolom majalah, teks pidato, ulasan buku, atau komentar. Jenis wacana
dalam tulisan ini umumnya eksposisi dan argumentasi
3. Pengembangan komposisi
Sama dengan struktur paragraf,
struktur komposisi terdiri atas: pembuka, isi dan penutup.
REFERENSI
TUGAS 1 :
http://ssgpelajarbahasa.blogspot.com/2011/11/referensi-dan-inferensi-wacana.html
http://rudybyo.blogspot.com/2012/03/v-pengertian-dari-proposisievidensi-dan.html
http://genryusai.wordpress.com/2012/03/09/pengertian-penalaran/
TUGAS 2 :
http://bloggueblog.wordpress.com/2012/04/20/pengertian-ciri-ciri-dan-macam-macam-karya-ilmiah/
http://genryusai.wordpress.com/2012/03/31/pengertian-karangan-ilmiahkarangan-non-ilmiah-dan-karangan-semi-ilmiah/
http://indiichan.blogspot.com/2012/06/karya-ilmiah-populer.html